Dulu, saya dan teman-teman saya pernah menginap di rumah seorang pelatih ketika hendak mengikuti lomba PMR (Palang Merah Remaja).
Lomba tersebut diadakan di tempat yang jauh, sehingga kami harus menginap di rumah pelatih kami, kak Toni, yang cukup dekat dengan tempat tersebut untuk menyiasatinya.
Setelah berlatih seharian penuh, kami beristirahat dan bercakap-cakap mengenai banyak hal di malam harinya. Kami benar-benar kelelahan di hari itu. Tubuh kami serasa begitu lesu dan kami segera ingin mengistirahatkannya. Tapi kami belum mengantuk, bahkan otak kami terasa segar dan terus-menerus berpikir mengenai rencana untuk lomba besok.
Melihat kondisi kami yang seperti itu, ayah kak Toni yang jago sekali mengurut pun menawarkan untuk mengurut kami semuanya. Agar setidaknya rasa lelah yang menempel di tubuh kami dapat lenyap dan tidak mengganggu performa kami besok.
Kami pun mengiyakan tawarannya dan mulai diurut satu demi satu. Giliran pertama adalah giliran kak Toni sendiri. Awalnya saya antusias ingin tau seperti apa rasanya diurut. Tapi tiba-tiba kak Toni menjerit keras sekali. Menahan rasa sakit yang begitu hebatnya. Tubuhnya bergetar, keringat mengucur deras darinya, dan suaranya makin keras setiap detiknya.
Kami yang melihat kejadian itu pun ketakutan setengah mati mengingat tidak lama lagi kami pun akan merasakan rasa sakit yang sama dahsyat - atau bahkan lebih buruk darinya. Giliran kak Toni pun selesai dan ia digantikan oleh orang lain. Apa yang dialami kak Toni dialami juga olehnya. Orang ketiga pun maju dan lagi-lagi hal yang sama terjadi.
Akhirnya tibalah giliran saya. Saya pun maju dan mempersiapkan diri untuk menerima nasib buruk saya ini. Saya menutup mata dan menunggu, terus menunggu. Dan sesuatu yang aneh terjadi. Saya memang sedang diurut. Tapi jangankan menjerit, saya bahkan tidak merasakan rasa sakit sedikitpun.
Semua orang tercengang melihat keajaiban tersebut. Bahkan ayah kak Toni terkesan dan berkata bahwa peredaran darah saya sangatlah bagus. Tidak ada satupun titik yang tersendat yang perlu ia lancarkan dengan teknik mengurutnya.
"Peredaran darah" - begitu mendengar 2 kata itu saya pun langsung mengerti. Kak Toni dan yang lain merasa begitu sakit saat diurut karena peredaran darah yang tersumbat maupun yang tidak lancar di tubuhnya dibuka secara paksa. Saya tidak merasa sakit karena memang aliran darah saya lancar, sehingga urutan tersebut tidak ada pengaruhnya untuk saya.
Alasan kenapa peredaran saya bisa begitu lancar, adalah karena saya selalu memperhatikan sikap saya ketika duduk. Saya selalu duduk dengan bersila. Saya memang tidak bisa duduk sila saat di bus atau kendaraan umum, tetapi saya selalu duduk sila di setiap kesempatan yang saya bisa. Oleh karena itu peredaran darah saya lancar.
Inilah keutamaan dari duduk sila yang didapat dari pengalaman saya sendiri. Sering orang mengatakan: "Sebaik-baik duduk adalah sila" dan saya rasa itu benar. Mungkin masih banyak keutamaan lain yang tidak kita ketahui, tapi jika kita mencari dan memperhatikan lebih dekat lagi. Pastilah kita menemukan berbagai keutamaan lainnya.
Jangan pernah berhenti mencari ilmu. Karena kita tidak tau, ilmu mana yang akan berguna untuk kita nantinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar